Minggu, 04 Juli 2010

Pembuatan panah di Desa Madobak

3. Pembuatan Panah di Desa Madobak, Kecamatan Siberut Selatan
Alat-alat panahan modren sudah dirancang sedemikian rupa, ukuran, bahan, sangat diperhatikan, Alat-alat panah modren susah dijangkau dengan harga jual yang tinggi. Alat-alat lain seperti anak panah, pelindung tangan, tabung anak panah sudah dibuat dan ditentukan dengan aturan-aturan untuk pertandingan. Pembuatan perlengkapan mengunakan mesin dengan bahan-bahan berkualitas untuk mendapatkan hasil yang bagus.
Dari tahun ke tahun alat-alat panahan modern berkembang dan banyak merek-merek yang dikuasai oleh perusahaan asing. Pembuatan-pembuatan alat-alat panahan sudah dirancang dengan ketentuan yang diatur, semua itu dilakukan untuk berkembangnya panahan yang sudah dilakukan oleh umat manusia dari dahulu kala. Berbeda jauh dengan panahan-panahan tradisional di tanah air. Di Papua, Jawa Timur dan Kepualauan Mentawai, panahan tradisional Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri.
Alat-alat untuk memanah di Mentawai mempunyai ciri khusus dengan bahan-bahan sebagai berikut: Busur panah dibuat dari batang paula (aren), tali busur dibuat dari kulit Baiko (kulit kayu Baiko) sejenis dengan bahan pembuat cawat/kabit (penutup aurat bagian bawah), anak panah dibuat dari dua bahan, bagian ujung yang runcing dibuat dari batang Ariribuk (sejenis aren berduri) dan bagian belakang anak panah terbuat dari batang Osi (sejenis batang pimping yang ringan). Tabung anak panah dibuat dari batang Bambu dibalut dengan pelepah daun sagu dengan tali tabung terbuat dari sabut buah kelapa yang dijalin rapi.

Foto 7 dan 8. Batang aren (sebelah kiri) dan Batang baiko (sebelah kanan) bahan baku pembuat
busur dan tali panah ( batang baiko di ambil kulitnya untuk dijadikan tali panah)
Alat-alat untuk membuat perlengkapan panah sebagai berikut: Kampak digunakan untuk menebang pohon aren, pohon ariribuk, pohon baiko dan membelahnya. Parang digunakan untuk merapikan semua bahan dari pohon-pohon tersebut. Baluguih (sejenis pisau kecil) batu asahan digunakan untuk mengasah busur panah. Kulit ikan pari digunakan untuk menghaluskan busur. Masyarakat Madobak tidak bisa menjelaskan sebelum benda-benda logam masuk ke Mentawai nenek moyang mereka menggunakan alat-alat apa. Ini menarik. Banyak teknik-teknik khusus yang digunakan orang Mentawai untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sebelum bahan tekstil masuk ke Mentawai, masyarakat memanfaatkan kulit kayu Baiko untuk menutupi tubuh mereka. Jadi dapat kita mabil patokan sebelum ada alat-alat logam masuk ke Mentawai, masyarakat Mentawai bisa memanfaatkan sumber daya alam di sekeliling mereka untuk memenuhi kebutuhan dan membuat alat-alat.

Foto 9, 10, 11. Alat-alat logam dimamfaatkan untuk membuat panah

Cara terperinci membuat busur panah di Desa Madobak, Masyarakat mencari batang paula (aren) ke hutan, batang paula dipilih yang sedikit melengkung untuk memudahkan membuat busur, setelah batang paula ditebang dengan kampak dan dipotong lebih kurang dua meter, lalu batang yang bulat dibelah menjadi belahan-belahan kecil sebesar kayu api, setelah di belah selanjutnya dirapikan menggunakan legeh (parang) sampai berbentuk bulat panjang yang kasar, sampai dirumah dirapikan dan di ukur sepanjang rentangan tangan orang dewasa. Setelah dipotong sepanjang 1,82 m atau menurut ukuran tubuh si pemakai, sebelum dihaluskan atau dirapikan, terlebih dahulu yang dikerjakan adalah membuat ujung busur yang pipih dan bulat dan dibuat penyangkut tali panah, setelah itu dijemur selama dua hari. Busur yang masih kasar digosok dengan kulit ikan pari, selanjutnya diasah menggunakan batu asahan supaya lebih rapi dan membentuk pola setelah itu dihaluskan menggunakan kulit durian hutan yang kesat dan berwarna merah, proses pembuatan busur ini juga menggunakan biluguih (pisau kecil) untuk merapikan ujung-ujung busur dan membentuk motif.

Foto 12. Gambar busur dan anak panah (1. Ujung busur bagian bawah 2. Tali panah 3. Bagian tengah busur diameter 3 cm 4. Ujung tali panah yang akan disangkutkan ke busur 5. Ujung busur bagian atas 6. Bagian belakang anak panah yang akan disangkutkan ke tali panah 7. Terbuat dari batang osi 8. Lilitan kulit kayu iptek untuk penguat 9. Sambungan batang osi dengan batang ariribuk, 10. Dibuat bulat untuk penyeimbang 11. Ujung anak panah yang dioleskan racun). Lukisan alloy sius


Foto 13. Busur panah dan ujung-ujungnya, dadi berbagai daerah aliran Sungai di Siberut (Sumber dari buku mainan bagi roh kebudayaan mentawai)
Langkah selanjutnya yag harus dilakukan adalah mencari kulit baiko (bahan cawat) ke hutan, dipilih batang baiko yang sudah tua untuk mendapatkan hasil yang baik, kulit baiko diambil menggunakan parang, kulit baiko dibawa pulang dan sesampainya dirumah diolah menjadi tali-tali kecil yang dijalin. Proses pengikatan tali dengan busur diperlukan kemahiran. Di ujung busur yang sudah dibuat tempat tali dan proses penyambungan tali digunakan sejenis pita dari kulit kayu iptek (sejenis tumbuhan yang kulitnya mengandung getah).

Foto 14 dan 15. Proses pembuatan anak panah oleh bapak sarimani, bapak sarimani adalah salah
Satu sikere (dukun) di desa madobak

Membuat anak panah perlu perhitungan dan memilih bahan-bahan yang berkualitas. Proses awal yang dilakukan mengambil batang Osi (sejenis pimping ringan) yang lurus dan berdiameter lebih kurang 1 cm. Selanjutnya menebang batang arirubuk (sejenis aren berduri), batang ariribuk dibelah menjadi potongan-potongan kecil sepanjang 15 cm, dengan ukuran sebesar telunjuk. Batang osi dijemur selama 3-4 hari, setelah itu dipotong sepanjang 40 cm. Langkah selanjutnya membentuk ujung anak panah dari batang ariribuk, dibuat berbentuk runcing, ujung anak panah yang runcing dibuat garis-garis melingkar yang manyatu. Ini dilakukan untuk tempat menempelkan racun, proses penyambungan ujung anak panah dengan Osi menggunakan kulit kayu iptek supaya erat dan tidak mudah terlepas.

Foto 16. Gambar bagian atas ( Sebelah kiri, piring kayu untuk mengiling ramuan racun panah garis tengah 70 cm, Sebelah kanan alat-alat peremas ramuan) Gambar bagian bawah (Jenis anak panah untuk bermacam hewan buruan). Sumber dari buku mainan bagi roh kebudayaan mentawai

Ujung anak panah yang dioleskan racun motifnya berbeda antar suku di Mentawai. Pembuatan anak panah dan omay (racun di ujung anak panah) ada aturan dan pantang-pantang yang harus dipatuhi pada saat membuat racun. Yang membuat tidak boleh tidur bersama istri, tidak boleh makan belut, tidak boleh minum air mentah, tidak boleh makan yang asam-asam, jika pantangan dilanggar khasiat yang ada dalam racun dipercaya masyarakat akan tidak ampuh. Pembuatan racun harus jauh dari kaum wanita dan dibuat diluar rumah.
Kandungan-kandungan yang terdapat pada racun di ujung anak panah diantaranya bahan ragi (tumbuhan khas Mentawai yang mengandung racun), doro (cabe rawit), laingek (akar tubah yang jika diperas mengeluarkan cairan putih), baklau (sejenis lengkuas). Pembuatan racun ini disertai dengan mantra-mantra dan semua bahan diramu. Racun panah ini tidak ada penawarnya, berakibat fatal jika mengenai manusia, ujung anak panah yang diberi racun sekitar 12 cm di bagian ujung yang runcing dan ujung anak panah dirancang supaya mudah patah jika masuk ke dalam tubuh hewan buruan.
Cara pembuatan bukbuk (tabung anak panah), bambu sebagai bahan dasar dipotong satu ruas dengan panjang 1 m, diameter bambu yang diambil 15 cm. Bambu yang telah dipotong ujung-ujungnya dirapikan menggunakan parang. Setelah dirapikan bagian ujung bambu dipotong sepanjang 15 cm untuk dijadikan tutup tabung. Bambu yang digunakan untuk menyimpan anak panah harus dipilih yang kualitasnya baik, ujung bambu atas yang sudah di potong dibuat tipis untuk memudahkan tutup tabung mudah masuk. Bahan lain yang harus dicari adalah babulak (pelepah sagu) untuk membalut tabung supaya erat. Selanjutnya menjalin serabut buah kelapa yang dibikin tali untuk gantungan tabung.

Foto 17. Sebelah kanan (buk-buk tabung anak panah yang dilapisi pelepah daun sagu dengan tali serabut kelapa yang dijalin). Sebelah kiri (Perisai dari jalinan kayu dan rotan dilengkapi dengan tempurung kelapa di bagian tengah)

Dari tiga alat tersebut. busur, anak panah dan tabung. yang sering dibuat adalah anak panah. Sebab dalam perburuan yang sering hilang atau yang ditembakkan adalah anak panah, pembuatan keseluruhan membutuhkan waktu 2-3 minggu. Dalam perburuan di Mentawai diatur menurut garis umur dan kematangan. Anak yang berumur 5-9 tahun belajar memanah dengan panahan yang terbuat dari bambu dan anak panah tidak beracun. Di umur 5-9 tahun ini anak-anak bermain sambil belajar memanah.
Ada pesta yang harus dilakukan oleh keluarga sebelum anak laki-laki yang berumur 10 tahun sebelum pergi berburu ke hutan. Keluarga yang laki-laki akan berburu ke hutan mencari monyet jantan, setelah mendapat monyet jantan mereka melaksanakan pesta di rumah yang melibatkan kerabat dekat atau kerabat seuma. Setelah berpesta dengan memasak monyet jantan yang disyaratkan, disertai juga dengan tari-tarian baru boleh seorang anak laki-laki ikut dalam perburuan ke hutan. Jika pesta tidak dilakukan yang ditakutkan jika anak pergi berburu akan terjadi musibah yang menimpa sang anak.

3 komentar:

  1. Bagus sekali informasi nya Bro Pay Abnur... tapi koq tidak kelihatan foto-foto seperti yg disebutkan artikel diatas... Sy sangat tertarik dengan informasi seputar suku-suku tradisionil ini...
    Tq
    William

    BalasHapus
  2. sayang potonya gagal tampak..ehe

    BalasHapus