Minggu, 04 Juli 2010

Sejarah Ringkas Panahan Di desa Madobak

2. Sejarah ringkas panahan di Desa Madobak Kecamatan Siberut Selatan
Membahas sejarah panahan tidak ada yang tahu kapan manusia pertama kali menggunakan busur dan anak panah, di Indonesia yang bisa mengambarkan panahan adalah cerita-cerita wayang kuno dengan tokoh mahabrata dan sejarah kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia.
Sedang di Pulau Siberut sama persis dengan sejarah panahan di Dunia, tidak ada yang tahu pasti kapan Pulau Siberut pertama kali ditempati dan kapan orang mentawai pertamakali melakukan panahan, dari hasil penelitian Pulau Siberut sudah berpisah dari daratan Asia 500 ribu tahun yang lalu, dalam cerita orang mentawai asal mereka dari Pulau Nias sebelah Utara dari Pulau Siberut.
Orang Belanda datang pertama kali ke Muara Siberut tahun 1833, dari cerita mulut ke mulut yang peneliti dengar dari beberapa hasil wawancara, orang Belanda pada masa itu marah dan menghukum orang Mentawai yang perang atau saling membunuh antara suku aliran Sungai di Mentawai.
Dalam hal saling membunuh ini sangat menarik perhatian penulis, antar daerah aliran sungai di Siberut pada zaman dahulu sering terjadi perang contohnya orang Sarereiket (Desa Madobak) dengan orang Simatalu di Pantai Utara sebelah barat Siberut, Jika kedua suku ini bertemu di hutan mereka akan menggunakan panah yang mereka bawa untuk saling membunuh. Sungai Sarereiket berhulu ke Tri Oinan (perbukitan). Aliran Sungai Simatalu juga berhulu ke tempat yang sama. Dari hasil wawancara dengan Tokoh masyarakat ugai, Bapak johanes jabley / Tanggal Jumat / 28 Mei 2010 beliau menjelaskan:
“ Siburu puna teteu mai, sia kamadobak samba kasimatalu marairai rapasakgak, cisia urau-rau poali sia katalak batak kara patakki-takki para patagele rad leu eddo. Ala utera samatalu oni kamadobak, tapei raratei ake ulajo sa bauki, makere leu edda sia simatalu ala raola utekra sia samadobak onikasimatalu pulajarat beine, lepanaleu edda pana maian kap sasareu are pakiloi-kiloi mata ane e”

“Pada zaman nenek moyang, orang Madobak dan orang Simatalu sering saling membunuh contoh orang Madobak pergi berburu ke hutan dan bertemu dengan orang Simatalu maka akan terjadi saling menembak menggunakan panah, jika meninggal orang Simatalu kepala dan tangan kanan nya akan dibawa ke Madobak dan nenek moyang kami akan berpesta, kepala yang dibawa akan ditancapkan ke sebuah kayu dan nenek moyang kami akan menari di sekeliling kepala sebelum kepala itu dikuburkan. Begitu sebaliknya, jika orang Madobak yang meninggaal kepala orang Madobak akan dibawa ke Simatalu”.


Foto 5. Wawancara dengan bapak Johanes Jablay membahas sejarah panahan
Hal itu seirama dengan ungkapan yang di utarakan oleh bapak Sarimani, Sikere (dukun) di Dusun Rokdog, Dari hasil wawancara dengan Bapak Sarimani beliau menjelaskan. Wawancara hari / tanggal - Sabtu / 29 Mei 2010
“ Siburu penu teteu mai kasei le moi kasei le moi sasareu kapulakgajat mai pana, le tanai sipooni sia lapamuian kakap sasareu, sambaleu le tanai titik ra lepanaan patarek ngan le rateunu mateiama”

“Pada zaman nenek moyang siapapun yang datang ke tempat kami asal tidak ada motif tato yang melambangkan orang Sarereiket (Madobak) akan langsung dipanah, perang tidak dengan orang simatalu saja tapi dengan seluruh suku di mentawai”

Foto 6. Bapak sarimani Bercerita tentang sejarah panahan di Desa madobak

Dari hasil wawancara di atas dan penulis hubungkan juga dengan hasil observasi di lapangan bisa di jelaskan. Saling membunuh bukan dengan orang Simatalu saja, tapi dengan daerah aliran sungai yang lain. Contoh aliran Sungai Saibi, aliran Sungai Sanggalubek dan dengan penduduk aliran sungai yang lain.
Bapak Damianus mengungkapkan juga, hasil wawancara Hari / tanggal Kamis / 27 Mei 2010
“Orang Belanda dan Pemerintah adalah penolong kami karena dengan adanya orang Belanda dan aturan dari pemerintah kami terhindar dari pertikaian dan saling membunuh pada zaman dahulu”

Bapak Damianus menjelaskan juga Orang Belanda pada zaman dahulu marah dan menghukum orang Mentawai yang saling membunuh menggunakan panah, pertikaian ini berdamai dan hilang setelah kemerdekaan.
Dari hasil wawancara diatas dapat diambil inti, masyarakat Madobak telah melakukan panahan pada tahun 1832 dengan menghubungkan kedatangan orang belanda ke Siberut dan hasil wawancara yang menjelaskan orang Belanda marah dan menghukum Orang Mentawai yang saling membunuh menggunkana panah. Jadi perkembangan teknologi dan pemerintahan menghilangkan pertikaian antar masyarakat di Siberut pada zaman dahulu, satu lagi yang harus menjadi catatan adalah biografi Mentawai pertama kali dibuat oleh Orang Belanda, banyak catatan-catatan penting dalam bahasa Belanda yang tidak diketahui oleh masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Barat. Padahal mengetahui hal ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana Pulau Mentawai pada zaman dahulu, bagaimana masyarakatnya, bagaimana kebudayaannya dan yang terpenting sekali tentang panahan di pulau terluar sebelah Barat Indonesia ini.
Penelitian lanjutan dan yang mendalam sangat dibutuhkan sekali untuk mengetahui bagaimana sejarah panahan di Mentawai. Apakah ada hubungan antara kebudayaan dengan panahan? Apakah pada zaman dahulu semua orang Mentawai mahir menggunakan panah? Semua menjadi pertanyaan besar bagi kita semua. Pertanyaan yang harus dijawab dengan penelitian dan semua hasil itu mudah-mudahan nanti bisa bermanfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar