Minggu, 04 Juli 2010

Untuk apa masyarakat Desa Madobak Melakukan panahan

Untuk apa Masyarakat Desa Madobak Melakukan Panahan?
Setiap benda yang dibuat oleh masyarakat Desa Madobak mempunyai peran dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan sehari-hari yang dikerjakan berguna untuk memenuhi kebutuhan, hasil wawancara dengan Bapak Kansius kepala Dusun Ugai. Hari / tangal Rabu 26 Mei 2010 beliau mengatakan :
“Panah kami gunakan untuk jago tubu (jaga diri), untuk berburu ke hutan menembak monyet, rusa, babi hutan dan burung. Panah juga menjadi ciri kebudayaan kami”

Hal itu senada dengan yang di ungkapkan oleh bapak Apo Minai ketua pemuda Dusun madobak Madobak, wawancara Hari / tanggal Juma’t 28 Mei 2010 Bapak Apo Minai mengutarakan
“ Masyarakat madobak menggunakan panah untuk berburu dan mempertahankan diri, contohnya dalam keadaan sangat terdesak yang mengancam hidup kami akan menggunakan panah untuk melawan, dan kami juga menyimpan panah di rumah untuk berjaga-jaga, Dan ada juga perlombaan memanah setiap tanggal 17 Agustus”

Hal lain diungkapkan oleh tokoh masyarakat yang tua-tua, Bapak Sarimani menjelaskan wawancara Hari / tanggal Sabtu / 29 Mei 2010
“ Panuteteu mai siburu silogui rokau ia masipana sirimanua ele pasak gangan, etu sasoa amameng mengan taat anandi pasakgangan”

“ Nenek moyang kami pada zaman dahulu menggunakan panah untuk saling membunuh atau berperang antar suku di mentawai, jadi lebih aman saat sekarang ini tidak ada lagi yang saling membunuh”

Dari hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat semua jawaban hampir sama. Panahan digunakan untuk menjaga diri, berburu. Setiap rumah di Mentawai menyimpan panah di rumah untuk berjaga-jaga. Jika dalam keadaan terdesak panah tersebut akan digunakan. Yang perlu didalami, informan yang tua-tua menjelaskan panah pada zaman dahulu digunakan juga untuk saling membunuh. Perang atau saling membunuh terjadi antara suku aliran sungai di Mentawai. Madobak dengan Simatalu, Simalegi dengan Saibi, penduduk bagian pulau Utara dengan penduduk bagian selatan Pulau Siberut. Semua informan juga menjelaskan “saat ini kami sudah damai, karena kami juga takut dengan aturan pemerintah, jadi tidak ada lagi perang diantara kami pada saat sekarang”

Foto 18. Orang mentawai menyandang Panah saat bepergian ke hutan (sumber foto dari buku mainan bagi roh kebudayaan mentawai)

Masyarakat juga menggunakan panah untuk memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus masyarakat juga memperlombakan panah. Siapa yang menang atau yang mahir menembak sasaran akan mendapatkan hadiah dari panitia. Panah yang disimpan dirumah akan digunakan dalam keadaan terdesak. Jika keluarganya terancam dengan gangguan apapun baik gangguan manusia atau hewan-hewan panah akan digunakan untuk membela diri. Dalam perburuan ke hutan banyak teknik yang digunakan, berburu seorang diri, berburu berkelompok. Ada hubungan kebudayaan dengan memanah di Mentawai, contohnya setelah pesta kematian tahap kedua, setahun setelah kematian. Peneliti melihat langsung di lapangan pesta kematian tahap kedua ini. Upacara yang dilakukan selama tiga hari tiga malam ini pada malam kedua dilakukan tari-tarian untuk memanggil roh-roh. Upacara atau pesta ini berlangsung sampai larut malam. Sehabis pesta dilakukan perburuan ke hutan secara berkelompok dengan kerabat laki-laki seuma dilakukan. Perburuan tanda pesta telah berakhir.

Foto 19. Orang Mentawai sedang memanah dan hasil buruan yang di dapat ( Sumber dari buku mainan bagi roh kebudayaan Mentawai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar